BAYANGKANLAH
*)
Oleh
: Gatot Rianto Bakran
“Tugas manusia adalah
menjadi manusia.” (Multatuli)
Ini adalah keresahan dan mungkin
sebagaimana juga keresahan kita semua. Resah terhadap sesuatunya, resah akan
diri sendiri. Sebagai seorang manusia mungkin menjadi sesuatu yang mesti akan
selalu ada pada diri kita. Apalagi sebagian besar hari-hari, kita lewati tanpa
dampingan orang tua maupun keluarga. Orang tua dan keluarga yang semestinya
memberi kontrol, arahan, maupun apapun itu. Dan mungkin salah satunya demi
kemanusiaan kita, kedewasaan atau yang lainnya.
Jauh
dari mereka adalah masa-masa yang sangat sulit apalagi ketika diperhadapkan
pada realitas kekinian. Banyak hal yang teralami, yang terasa dan bahkan kadang
menjadi beban kita, entah harus dirasakan sendiri maupun kita rasakan
bersama-sama. Terkadang kesedihan muncul, entah sedih karena apa? Kadang murka
pada sesuatu, entah itu pada teman atau..., kadang pula tertawa, gembira,
senang. Dan masih banyak lagi. Masalah demi masalah akan datang silih berganti,
persoalan demi persoalan pun seperti itu, ia pasti akan datang. Mulai dari persoalan
kontradiksi internal, persoalan akademik, persoalan lambatnya kiriman, dan
lain-lainnya sampai pada persoalan hatipun akan selalu membingkai kehidupan
kita, apalagi sekarang ini dengan kenaikan BBM yang pasrtinya berimbas pada
kita semua.
Apakah
semua persoalan yang ada di dunia ini harus kita tolak!!! Persoalan yang kita
rasakan harus kita enyahkan dari kehidupan kita??? Ataukah semua itu harus kita
hadapi. Ya, kita hadapi bersama-sama, demi rasa yang ada, rasa kemanusiaan
sebab kita adalah manusia. Mencoba dan mencoba menjadi manusia.. Mencoba dan mencoba
mengaktualkan potensi kemanusiaan sebab kita semua memiliki fitrah. Mengasihi
sesama, mencintai sesama sebagai sebuah perwujudan atas pengasihanNya. Sebab,
bukankah manusia diciptakan sebagai sebuah simbol praktis dari kasih sayangNya.
Tanpa kasih sayang pastilah kita tak bernilai apa-apa, sampai kapanpun itu.
Karena itu, kita semua adalah cerminan Tuhan, sebagaimana makhluk lainnya.
Sesungguhnya, tidak ada yang luar biasa ketika kita
harus mencintai sesama, menyayangi sesama, saling membantu, menolong bahkan membela
kaum-kaum mustad’afin, memelihara fakir miskin dan menentang segala bentuk ketidakadilan.
Sebab manusia itu cermin Tuhan.
Telah
datang bulan Suci Marhaban Ya.....Ramadhan, Labaika Ya......Ramadhan. Bulan yang Allah mencurahkan, berkah,
rahmat dan mefirahNya. Sebagai bulan dimana Allah SWT mencurahkan “bukti
cinta dan kasih sayangNya kepada hamba-hambaNya”. Diperintahkan pada kita
semua untuk berpuasa pada bulan ini, tiada lain agar kita menjadi
hamba-hambah-Nya yang bertaqwa.
Dalam salah satu hadist
qudsi mengatakan “sesungguhnya puasamu
itu untukKu , dan hanya Aku yang dapat menilainya”. Mungkin kita beranggapan
bahwa puasa kita sudah benar, tapi dihadapan Allah swt itu tidak ada artinya.
Dalam bulan Ramadhan kita diperintahkan untuk
menahan haus dan lapar serta hal-hal yang berhubungan dengan materi. ini
berfungsi untuk apa?, kata ustasd dikampung saya, agar kita merasakan
penderitaan saudara-saudara kita yang fakir lagi miskin. tetapi jika tiba waktu
buka puasa penderitaan itu sudah tidak ada lagi. Namun pernahkah kita memperhatikan
saudara-saudara kita yang fakir lagi miskin tersebut, ternyata mereka bahkan
tidak pernah makan sama sekali dalam sehari. Pantaskah kita samakan puasa kita,
dengan penderitaan dari saudara-saudara kita tersebut, mari kita bersama
merenunginya.
Semoga kita kita dapat
dekat padaNya, dan berusaha untuk meraih cinta dan kasih sayangNya. Dan betapa
nikmatnya jika kita dapat merasakan curahan cinta dariNya Akhirmya kita sadar semua hanya Dialah Yang
Tahu Segala-galanya. Sehingga kita hanya mampu untuk memuji-Nya :
Ya
Allah dengan kekuatan-Mu, takluk segala sesuatu
Dan
merunduk segala sesuatu, dan merendah segala sesuatu
Dengan
keagungan-Mu yang mengalahkan sesuatu
Dengan
kemuliaan-Mu yang tak tertahankan oleh sesuatu
Dengan
kebesaran-Mu yang memenuhi segala sesuatu
Segala
puji bagi-Mu sampai keluh lidah untuk menyebut-Mu
“SELAMAT
MENUNAIKAN IBADAH PUASA 1426 H”
0 komentar:
Posting Komentar